ARIPITSTOP.COM – Terlepas dari pensiunnya seorang Valentino Rossi yang diduga menjadi pengaruh besar dalam menyerap penonton MotoGP, atmosfer MotoGP saat ini memang sangat berbeda dibandingkan era tahun 2000an, saat itu banyak sekali bumbu-bumbu penyedap yang membuat para pecinta balapan motor mengikuti terus perkembangan di MotoGP. Salah satu daya tariknya adalah tak sedikit pembalap yang saling bermusuhan, bahkan rekan satu tim slaing sikut, contohnya ketika Lorenzo satu tim bersama Rossi, kemudian kita lihat bagaimana Rossi bisa tidak akur dengan Max Biaggi.

Momen epic terlihat saat GP Austria 2022 akhir pekan kemarin, ketika balapan usai, para pembalap terutama yang finish di barisan depan saling berkumpul akrab. Setelah balapan mereka saling salaman, kasih selamat dan respect satu sama lainnya. Dari sisi sportifitas ini bagus, jelas bagus banget namun dari segi daya jual, jelas kurang greget. Penonton lebih suka aura balapan terasa persaingan yang panas, podium adalah harga mati.

Tanpa ada bumbu-bumbu sinetron, jelas banget kalau MotoGP akan membosankan dan lebih cepat ditinggalkan para penggemarnya.

Tengok ketika balapan jaman dulu, persaingan antar pembalap begitu kental terasa. Contohnya adalah Valentino Rossi dan Max Biaggi memiliki relasi yang unik di arena balap motor dunia. Meskipun sama-sama berasal dari Italia, keduanya dikenal terlibat rivalitas sengit.

“Perseteruan saya dengan Max Biaggi berawal pada tahun 2000, begitu saya naik kelas 500cc. Lebih tepatnya perseteruan saya pada trek balapan dengan Biaggi berawal pada tahun 2000. Sebenarnya, kejadiannya bermula pada tahun 1996, di paddock. Namun, sejak tahun 2000 kami bersaing sengit, pada setiap balapan yang kami ikuti,” kata Rossi.

Saat keduanya terlibat perseteruan, Rossi mengakui sangat jarang berbicara dengan Max Biaggi.

“Maksud saya, kami memang tak pernah mengobrol, sebaliknya kami biasa saling mengejek dan menjelekkan dengan cara apa pun. Saya sebenarnya tak membencinya,” urai Rossi.

“Kami memang bukan dua sahabat, namun rasa tak suka adalah dua hal berbeda, dan itu sangat mencerminkan hubungan kami berdua. Kami saling bersikap antipati.”

Rossi mengatakan awal konflik mereka “resminya” bermula pada Grand Prix Malaysia 1997. Saat itu, tahun kedua Rossi berkiprah di ajang Grand Prix.

“Saat itu kami bertarung di Sirkuit Shah Alam, di pinggiran Kuala Lumpur. Hari Sabtunya, saya memenangi pole, Minggunya saya berhasil menang di kelas 125cc, sementara Biaggi menang di kelas 250cc. Dia sedang merintis karier dengan Honda, setelah menenangi tiga gelar juara dengan motor Aprilia, dan sedang dalam masalah dengan tim Noale, akibatnya kemenangannya menjadi berita besar di Italia. Dan media juga mulai melirik saya,” kenang Rossi.

Saat itu media menanyai Rossi apakah ingin menjadi Biaggi versi 125cc. Rossi menyadari pertanyaan itu akan memicu kontroversi, apa pun jawabannya.

“Maaf sepertinya justru dia dialah yang bermimpi ingin menjadi Rossi dengan motor 250cc-nya,” kata Rossi saat itu, memanasi situasi.

“Para wartawan suka dengan komentar itu dan berlalu dengan berlalu dengan berita tersebut. Akibatnya terjadi perseteruan, karena Biaggi merasa tak tersinggung,” sambung Rossi.

Itulah salah satu contoh bumbu-bumbu sinetron MotoGP yang justru terlihat semakin menarik untuk diikuti, berbeda dengan kondisi saat ini yang para pembalapnya terlihat akur semua, ada sedikit permasalah bisa langsung dikondisikan tanpa dikasih bumbu penyedap agar terlihat lebih menarik.

3 KOMENTAR

  1. Ngawur opo bener Bro?
    MotoGP ajang lomba teknologi antar produsen sepeda motor…dari generasi ke generasi ajang skill joki pengendara dari masa ke masa, beda era beda idola Kang Bro!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini