ARIPITSTOP.COM – Vinales kembali membuat kehebohan ketika saat ini dirinya mulai blak-blakan dengan masa lalu yang pernah dia jalani di MotoGP. Vinales mengaku terlalu cepat meninggalkan Suzuki yang telah membesarkan namanya di MotoGP, namun kini dirinya mengaku puas berada di Aprilia yang memiliki tim lebih menyatu dengan dirinya ketimbang ketika di Yamaha.

Vinales menjalani debutnya di MotoGP bersama Suzuki pada 2015. The Top Gun tampil apik bahkan memenangi balapan MotoGP Inggris 2016 di Silverstone, yang merupakan kemenangan perdana bagi Suzuki sejak Chris Vermeulen pada 2007. Namun, ketika performa GSX-RR mulai terlihat, Vinales sudah telanjur tanda tangan kontrak dengan Yamaha.

Tak bisa dipungkiri pada waktu itu motor Yamaha M1 memang sedang menjadi motor juara, Rossi dan Lorenzo yang saat itu diatas M1 mampu mendominasi balapan bahkan keduanya menjadi Juara Dunia bersama Yamaha. Dalam satu dekade, mereka meraih tujuh gelar bersama Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Sayang, Vinales justru tak bisa mengulang hasil tersebut selama membela mereka yang justru berakhir dengan kekecewaan antara kedua belah pihak.

“Saya tidak mau banyak bicara soal masa lalu, karena jelas saya melakukan kesalahan (meninggalkan Suzuki). Kami menciptakan tim yang sangat baik. Namun, kala itu Yamaha punya motor pemenang dan saya memilih jalan itu. Salah atau tidak, entahlah, karena akhirnya semua orang ambil keputusan sendiri-sendiri,” tutur Vinales.

Ketika masih menjadi satu tim dengan Rossi, Vinales masih bisa merasakan dirinya berada diatas angin dengan sering mengasapi Rossi, namun semua berbeda ketika Quartararo datang.

“Saya hanya ingin bicara yang baik-baik soal mereka, karena saya tak punya hal buruk untuk dikatakan. Pada akhirnya, Anda bisa lihat motor itu ada di level yang hebat, dan saya selalu bilang motor mereka fantastis,” tuturnya.

“Entah mengapa kami tak bisa membuatnya bekerja. Kadang saya merasa tak terkalahkan, tapi di balapan lain malah terbuncit. Saya jadi gila. Tapi motor itu ada di level yang menakjubkan. Anda bisa langsung melihatnya, motor itu fantastis. Meski begitu, itu bukan tantangan saya, jadi saya ambil tantangan nyata lainnya,” lanjutnya.

“Menang memang menyenangkan, Tapi saya ingin lebih. Saya ingin merasakan tim di sekitar saya, itulah alasan saya pindah. Saya pindah demi mendapatkan semua atmosfer, semua semangat, terutama karena saya merasa jika pergi ke tempat di mana semua orang ‘lapar’, maka Anda bisa bekerja lebih keras,” tutur Vinales.

Vinales kini resmi pindah ke Aprilia yang nota bene adalah tim dari Italia yang sebelumnya dia bergabung dengan tim asal Jepang yaitu Suzuki dan Yamaha yang dinilianya memiliki karakter berbeda antara tim asia dengan tim asal Eropa.

Vinales juga menyebut mentalitas tim Jepang yang kalem tak cocok untuknya, dan ia lebih suka tim yang berapi-api seperti Aprilia. “Tim Italia sangat berbeda dari tim Jepang. Jujur saja, saya selalu punya hubungan yang sangat baik dengan tim Jepang, karena saya suka makanan, budaya, tempat-tempat, dan orang-orangnya,” kisahnya.

“Karakter orang-orang Jepang kalem dan sistematis. Ini bikin Anda menjadi orang yang sama seperti mereka. Tapi, saya butuh api lebih besar di sekitar saya. Dukungan lebih besar di atas dan di samping motor. Pada akhirnya, saya ingin menunjukkan banyak hal, dan rasanya sulit melakukannya di sana (Yamaha),”

“Ini semua membawa saya ke tempat di mana saya merasa bahagia. Kini saya menghadiri balapan dengan semangat yang tinggi lagi. Sebelumnya, saya bukannya datang balapan dengan sedih, melainkan datang tanpa energi yang saya butuhkan. Banyak momen baik yang akan datang dan ini terasa sangat menyenangkan,” ujarnya.

“Jujur saja, saya sangat bahagia, karena saya kembali menemukan motivasi dan rasa cinta pada motor. Inilah ‘bahan bakar’ yang memberi Anda energi untuk terus bekerja. Saya merasa masih punya banyak hal yang bisa dikerahkan. Kini saya menghadapi tantangan yang saya rasa saya ambil pada momen yang tepat,” lanjut Top Gun.

Pindah ke Aprilia, Vinales mengaku termotivasi dengan apa yang dia lakukan dulu bersama Aleix Espargaro di Suzuki. Vinales mengakui hal yang paling meyakinkannya adalah fakta Aprilia masih ‘underdog’ sejak kembali pada 2015. Ia termotivasi melakukan apa yang ia lakukan di Suzuki dulu, yakni membantu mereka ke papan atas.

“Saya ingin menjalani proses itu, kembali membawa sebuah pabrikan ke puncak, seperti yang kami lakukan dulu. Ini bikin saya sangat termotivasi. Ini tantangan berbeda, namun memotivasi saya. Saya ingin jadi juara dunia, namun saya juga ingin membuat sesuatu yang spesial, tak seperti yang dilakukan rider lain,” tutupnya.

Sumber: The Race

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini