ARIPITSTOP.COM – Dorna selaku penyelenggara dari balapan MotoGP dan WSBK tidak ujug-ujug menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah balapan motor seakbar di dunia tersebut, tetapi selain harus mempersiapkan sirkuit yang layak, Indonesia juga harus membayar komitmen fee yang jumlahnya sangat besar, jika ditotal untuk menggelar dua balapan MotoGP dan WSBK itu sebesar Rp 192 miliar.

Sebelum biasa menggelar balapan MotoGP dan WSBK, hal yang paling utama tentunya adalah sirkuit, pembangunan sirkuit yang layak untuk digunakan sekelas balapan Internasional alias harus memiliki lisensi Grade A standar dari Dorna. Pembangunan sirkuit Mandalika saja sudah menelan biaya yang besar, belum lagi pihak Indonesia Tourism Development and Corporation (ITDC) juga harus membayar biaya komitmen fee kepada Dorna Sport.

Direktur ITDC, Abdulbar Mansoer menyebutkan biaya penyelenggaraan atau komitmen fee yang dibayarkan ITDC kepada Dorna Sport untuk event MotoGP sekitar €9 juta untuk satu kali event balap. Angka ini kemudian dipertegas oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah yang menyebutkan harga sekitar Rp 143 Miliar.

“Presiden bilang jangan lihat hitung-hitungan atau kalkulasi dari segi finansial, tapi dampak untuk branding negara itu penting. Dengan Mandalika, global reach bisa lebih dari 200 juta euro,” kata Gubernur NTB dilansir dari bali.suara.com.

Sebagai contohnya pada saat balapan WSBK yang sudah sukses digelar November kemarin, pihak pemerintah telah membayar fee kepada Dorna Sport sebesar Rp 49 miliar agar WSBK bisa digelar di sirkuit Mandalika.

Tahun depan, sirkuit Mandalika sudah diplot akan menggelar balapan MotoGP dan WSBK, artinya komitmen fee yang harus dibayarkan ke Dorna tentunya sebesar Rp 143 Miliar untuk MotoGP dan Rp 49 miliar untuk WSBK, totalnya sekitar Rp 192 Miliar.

suara.com

Semua biaya ini tentunya akan sebanding dengan dampak dari diselenggarakannya event balap tersebut, perekonomian di terutama di Lombok akan meningkat pesan terutama di sektor pariwisata. Dilansir dari Replubika, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan, akibat banyaknya wisatawan yang datang ke Mandalika, usaha penyewaan jasa transportasi mengalami peningkatan omzet. Dari semula hanya sekitar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta per bulan, pada November ini rata-rata mencapai hampir Rp 70 juta. Padahal, puncak kunjungan itu hanya terjadi selang beberapa hari yakni mulai 17 November hingga 23 November. Adapun dari sisi okupansi hotel, tercatat sempat menyentuh angka 95 persen dari biasanya maksimal 15 persen.

“Yang paling membahagiakan, homestay di desa-desa wisata yang kita bangun itu penuh kunjungan dari para penggemar WSBK maupun wisatawan,” kata dia.

Sementara itu bagi pemerintah daerah, tercatat mengantongi tambahan sekitar 15 persen pajak hiburan, 15 persen pajak restoran, serta 30 persen pajak parkir. Adapun di Bandara Internasional Lombok, penumpang yang datang selama 17-23 November ada sekitar 5.700 orang per hari, naik 50 persen dibandingkan hari-hari biasa sepanjang November. Lalu lintas maskapai naik 43 persen dari rata-rata harian 37 pesawat per hari menjadi 53 pesawan per hari.

“Catatan ini akan kita bawa sebagai bahan evaluasi dan persiapan MotoGP tahun depan,” kata Sandiaga.

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini