ARIPITSTOP.COM – Aneh… itulah yang dilakukan oleh pria yang satu ini, Pertalite yang harganya lebih mahal dari premium justru dirubah menjadi mirip premium. Alasannya karena di daerah pelosok, warga lebih mencari Premium dibandingkan Pertalite yang dipandang jelek, atas aksinya ini setiap hari bisa mendapatkan keuntungan Rp 1juta.

Memang terasa aneh karena BBM jenis Pertalite justru diolos berubah warnanya agar mirip seperti BBM jenis Premium. Dilansir dari Liputan6.com, Kapolres Kotawaringin Timur AKBP Abdoel Harris Jakin didampingi Kapolsek Ketapang AKP Samsul Bahri, Selasa (12/10/2021) menjelaskan, kasus ini menjadi aneh lantaran biasanya BBM dioplos menjadi jenis yang lebih mahal, seperti pertalite atau pertamax. Temuan ini malah mengoplos pertalite dan mengubah warnanya menjadi premium atau bensin biasa.

“Hanya warnanya yang mirip, soal kandungannya, kami belum tahu karena itu perlu pengujian laboratorium,” kata Jakin.

Kasus ini terungkap Jumat (8/10/2021) lalu, berawal dari informasi masyarakat yang kemudian ditindaklanjuti Polsek Ketapang. Terduga HS tertangkap tangan sedang melaksanakan pengoplosan bbm itu di rumah di Jalan Jembatan Kuning Gang Sabar Menanti Kelurahan Ketapang Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.

Polisi mengamankan barang bukti berupa tandon air berkapasitas 1.000 liter, 33 jeriken, timbangan, serbuk “bleaching earth terram” untuk pemutih, bahan bakar mirip premium serta barang bukti lainnya.

inews.id

Dalam aksinya, HS menerima jasa mengoplos pertalite dengan memasukkannya serbuk “bleaching earth terram”. Dari proses itu, pertalite yang semula berwarna hijau, berubah menjadi kuning sehingga mirip premium.

Hasil pemeriksaan terhadap HS, praktik terlarang ini ternyata dilakukan lantaran di kawasan pelosok atau jauh dari pusat kota, harga premium justru lebih mahal dibanding pertalite, padahal di SPBU harga resmi premium lebih murah dibanding pertalite.

“Di sana harga premium justru lebih mahal dibanding pertalite, padahal di SPBU harga resmi premium lebih murah dibanding pertalite,” kata dia.

Hal itu lantaran ada pendapat di masyarakat bahwa pertalite merusak mesin kendaraan karena cepat panas, menimbulkan kerak dan memperpendek umur mesin sehingga banyak yang memilih membeli premium, sementara alokasi premium kini terus dikurangi oleh Pertamina.

“Berbekal pengetahuannya, dia memanfaatkan keterbatasan pengetahuan masyarakat. Dibuktikan pangsa pasarnya banyak, khususnya masyarakat yang domisilinya jauh dari Sampit,” kata Jakin.

HS mengaku sudah menjalani kegiatan terlarang ini selama tiga bulan. Dalam operasional yang dibantu dua karyawan, HS meraup untung sekitar Rp1 juta setiap harinya.

Atas aksi pengoplosan ini, HS dikenakan jeratan hukum terancam pidana hingga 6 tahun penjara. “Dia dijerat dengan 54 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas, sub Pasal 62 Jo Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman hukuman penjara paling lama enam tahun penjara dan denda Rp60 miliar,” tegas Jakin.

6 KOMENTAR

  1. apakah bener begitu kang ?
    pertalite lebih buruk dri premium …
    tolong di share pengetahuannya dlm bidang otomotif kang ari pasti bisa menjelaskan secara gamblang

  2. Salahnya di mana ya?… Menipu si iya tp kan yg di tipu dapat lebih baik. Kalo masnya punya pengacara kondang mungkin bisa bebas wkwwk….

  3. Kepercayaan ini juga berlaku di tempat ane (sesama Borneo, beda provinsi). Tapi di sini ane tau penyebabnya, karena pas awal pertalite muncul, tank penyimpanan bawah tanah spbu ada kebocoran, jadi kecampur sama air, nah gen awal pertalite di sini makan korban di membran bensin, jadinya banyak yg beranggapan kalo pertalite merusak mesin.

    Ane malah suka sama anggapan itu, efeknya antrian pertalite lebih pendek. Tapi efek minusnya juga, antrian pertamax turbo tambah panjang, diisi mbit, mio, dan mocil² lainnya ?

Tinggalkan Balasan ke iian Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini