image description

ARIPITSTOP.COM – Sangat menarik jika melihat apa yang terjadi dengan premium saat ini, BBM bersubsidi ini semakin langka bahkan menghilang di hampir semua SPBU Pertamina di kota2 besar, bukan hanya kota besar, pinggiran jakarta saja keberadaan premium sudah susah didapatkan, namun berbeda dengan BBM jenis pertalite yang merupakan BBM Non Subsidi paling murah.

Lalu kemana perginya premium hingga sulit ditemukan ?, itulah pertanyaan klasik karena sampai saat ini belum ada klarifikasi apakah pasokan premium dikurangi atau tidak karena justru yang ada adalah pernyataan bahwa permintaan BBM jenis Premium menurun karena berpindah ke BBM jenis Pertalite, apakah benar begitu ?.

“Sebagian dari masyarakat sudah sadar bahwa untuk mengoptimalkan performa mesin tahun 2000 ke atas menuntut BBM oktan minimal 90. Untuk kendaraan jenis SUV atau sedan itu terasa lain, sehingga masyarakat beralih sendiri ke Pertalite atau Pertamax,” ujar Anggota Komite BPH Migas Henry Ahmad dalam konferensi pers di Gedung BPH Migas, Rabu (7/3). Dilansi dari CNNIndonesia (07/03/2018).

Tak ayal, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) lebih memilih untuk menjual lebih banyak BBM nonsubsidi, terutama di wilayah kota-kota besar.

Dari sisi margin, BBM nonsubsidi juga menawarkan margin lebih tinggi dibandingkan BBM penugasan. Sebagai gambaran, margin penjualan premium penugasan hanya sekitar Rp280 per liter. Sementara, Pertalite memberikan margin sekitar Rp400 rupiah.

“SPBU menjual sesuai kondisi permintaan masyarakat. Kalau di daerahnya lebih banyak permintaan premium SPBU bisa rugi juga kalau menjual banyak Pertalite, meski marginnya lebih tinggi,” kata Henry.

Kendati demikian, Henry mengingatkan, sesuai Keputusan Kepala BPH Migas Nomor 41/P3JBKP/BPH Migas/KOM/2017, Pertamina tahun ini mendapatkan tugas untuk menyalurkan 7,5 juta kiloliter (kl) premium penugasan. Kuota tersebut menurun dari kuota tahun lalu, 12,5 juta kl, namun masih lebih tinggi dibandingkan permintaan perseroan yang hanya sekitar 5 juta kl. Bagi SPBU yang sudah menandatangi kontrak penyaluran BBM penugasan harus tetap menjual Premium sesuai harga yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp6.450 per liter untuk wilayah di luar Jawa-Madura-Bali (Jamali).

Nach… melihat pernyataan diatas rasanya kok agak aneh ya, karena jika kita melihat SPBU yang kebetulan sedang penyetok premium, bisa dilihat antriannya paling mengular dibandingkan di antrian BBM Non Subsidi. Apakah benar premium akan dihilangkan secara pelan2 tanpa ada pemberitahuan ?.

9 KOMENTAR

  1. Bukan menurun penjualan, tapi sengaja boss mengurangi stok

    Tuh harga minyak dunia sdh diatas 60 dolar, pemerintah sdh ogah subsidi rakyat,

    Makanya di tiap SPBU, stok premium habis,,,yaa sdh nunggu pengiriman selanjutnya yg entah kpn mau dikirim pertamina

  2. Padahal memang dibatasi, biar seolah-olah masyarakat gak butuh, ujung-ujungnya memang mau dihapus, maklum hutang numpuk, mau subsidi pakai apa?

  3. yes, saya setuju dengan byk komentator.

    memang dipersulit, dibatasi, faktanya memang begitu.

    walaupun saya dah gak suka pake premium sejak dulu kala, tapi tetep aja sih, ikut kezell 😀

  4. sini ke desa-desa kirim premium, dijamin pertalite ga laku. mesin yg pake karbu paling jos pake premium, pake pertalite mesin aga panas dan boros, apalagi pake pertamax

    sama dg di pendidikan tingkat SMP mapel TIK dihilangkan, anak desa pd ga bisa komputer, kalo mau bisa harus kursus.. kan ngenes

  5. Di 2 spbu yang biasa saya datangi sudah tidak terlihat lagi bbm jenis premium, saya kira premium sudah tidak ada lagi.. Blum tau kalo spbu lainnya

  6. Riset iseng2an , sepanjang jalan pp rumah – kantor ada +- 10 spbu yg dilewatin, saya coba 1 per 1 isi bbm di spbu yg berbeda, hasilnya ga ada 1 pun yg menyediakan premium

  7. Wah wah waaahhh, situ memang masyarakat pak, tapi masyarakat yg mampu karna gaji gede di gaji pake uang rakyat, klo situ gk pake premium ya wajarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrRRRRRRRRRRRRRR…
    situ ngukur perbandingan nya gimana bos, situ kyk ny cuma survei masyarakat yg kaya deh makanya hasilnya aneh gitu…..
    Situ pernah gak turun mensurvei ke SPBU yg ada di kalbar..??? Pasti gak pernah, situ hanya terima data laporan dari bawahan, kalo bawahan bohong situ kena bohongin bawahan…
    Sudah berapa kali saya chat dan tlfn kontak bphmigas, mau mengadukan spbu yg melayani pengantri/pengecer….hasilnya no respon dri bphmigas…
    Saya fikir saya bayar pajak, tapi keluhan saya tak di layani jadi buat apa lagi lain kali saya bayar pajak….

Tinggalkan Balasan ke Bunga Jelitha Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini