gadis penambal ban (2)

Paras cantik yang membuat gempar media sosial ini sekarang semakin ramai dibicarakan lawong sampai masuk berita di tv mungkin besok masuk hitam putih trans7…

Sudah saya bahas sebelumnya jadi sudah habis kata2nya dech…terlihat dalam video perempuan yang sudah berkeluarga dan suaminya bekerja di sebuah bengkel mobil ini rela membantu pemasukan keluarganya dengan menambal ban didepan rumahnya.

Sudah saya bahas disini

Cewek Cantik Ini Seorang Tambal Ban, Terharu Saya Melihatnya

dan disini juga

Ini Dia Jati Diri Gadis Cantik Penambal Ban, Nanik Fransiska Dewi Baru 19 tahun

Monggo dilihat liputannya dari salah satu stasiun tv ;

via hp klik disini.

Kisah Hidupnya bikin terenyuh…

dicopi dari beritajatim.

Derai air mata mengalir deras dari Hongkong, tempat Ibunda Nanik Fransisca Dewi mencari nafkah. Ibu Nanik, ternyata seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) sejak tukang tambal ban cantik itu masih berumur empat tahun.

Melalui Whatsapp yang diterima wartawan di Malang, suara dari negeri nun jauh disana ternyata adalah Ibu Kandung dari Nanik. “Saya ibunya Nanik. Saya terharu ketika melihat foto teman-teman media di Malang soal Nanik. Saat ini, saya masih bekerja. Kebetulan majikan saya di Hongkong juga belum pulang. Sehingga, belum bisa komunikasi banyak dengan teman-teman di Malang,” terang Suciati (40), Ibu Kandung Nanik, melalui pesan suara Whattsapp, Selasa (11/11/2014) malam ini.

Pesan dari Hongkong pun terkuak. Nanik, ternyata anak yatim sejak usianya masih 4 tahun. Mendiang ayah kandung Nanik bernama Lasito. Suciati dan Lasito, menikah usia muda saat keduanya, menapaki umur 22 tahun.

Dari perkawinan itulah, Suciati melahirkan tiga orang anak. Anak pertama bernama Yongki Irfan Candra. Anak kedua Nanik Fransisca Dewi. Dan putri bungsu berikutnya yakni Vivi Andika Devi Kumala Sari.

Saat ayah Nanik jatuh sakit lebih dari 8 bulan lamannya, seluruh harta keluarga habis untuk pengobatan ayah kandung Nanik. Namun, meski sudah berkali-kali dibawa ke dokter, tak juga diketahui penyakit apa yang di derita ayah kandung Nanik.

Melalui pesan Whattsapp Suciati dan sepupunya di Hongkong, Wulan, penyakit ayah Nanik yang tak kunjung sembuh, akhirnya merubah jalan hidup keluarga bahagia itu.

Lasito, menghembuskan nafas terakhir saat usia Nanik, baru menginjak 4 tahun. “Ayah Nanik meninggal saat usianya masih kecil. Sementara adiknya, saat itu masih berumur 13 bulan,” beber Suciati.

Saat 100 hari pasca di tinggal mati suaminya, ibu kandung Nanik pun praktis jadi tulang punggung keluarga. Meski berat, Suciati membulatkan tekad untuk membesarkan ketiga anaknya dari keringatnya sendiri. Suciati pun pergi ke negeri seberang. Melalui PT Tanjung Pinang, ibu kandung Nanik, nekat menjadi TKW ke negara Hongkong.

“Saya pertama kali ke Hongkong saat itu kisaran tahun 2000. Saya tinggalkan anak saya Nanik masih kecil. Semua, untuk ketiga anak saya. Saya rela berpisah jauh asalkan anak saya tetap bertahan hidup,” kata Suciati dengan suara getir.

Dua tahun di Hongkong, ibu kandung Anik sempat pulang. Bekerja ikut seorang dokter di kawasan Turen, Kabupaten Malang. Setahun jadi pembantu di rumah seorang Dokter, ibu kandung Anik pun kembali ke negri sebrang.

Tepatnya, di Singapura selama dua tahun lamannya. “Dua tahun di Singapura, kontrak saya habis. Dan coba lagi cari kerjaan akhirnya berangkat lagi ke Hongkong sampai hari ini,” papar Suciati.

Kini, ibu kandung Anik sudah lebih dari 8 tahun berada di Hongkong. Saat melihat pemberitaan tentang anaknya yang bekerja sebagai tambal ban, ia pun menangis haru. Keharuan yang dirasakan Suciati disebabkan, anak keduanya itu, tak mau menerima uang dari dirinya. “Nanik pernah bilang ke saya, tidak mau menerima uang dari ibunya yang bekerja sangat keras di negara orang. Nanik memang bertekat ingin menghidupi dirinya sendiri tanpa mau merepotkan orang tuanya. Itu yang selalu membuat saya trenyuh,” ujarnya.

Kini, di negara nun jauh disana, Suciati berharap anaknya menjadi orang besar yang tidak mudah putus asa. Suciati pun menitip salam dan doa pada Nanik untuk tetap konsisten seperti pesannya. “Saya selalu ajarkan pada anak-anak, terus bekerja dan berusaha. Jangan pernah jadi peminta-minta selagi kita masih mampu. Ternyata Nanik sangat memegang teguh pesan saya itu,” ucap Suciati.

Yang luar biasa dari diri Nanik adalah, ia tak mau menerima uang sepersen pun pemberian ibu dan sepupunya dari Hongkong. Pada pembicaraan telepon Nanik pada orang tuanya petang ini, Nanik justru meminta maaf karena tidak bisa menerima pemberian orang-orang yang sangat dicintainya di negeri seberang itu. “Ibu yang ngajarin saya untuk mandiri. Jadi mohon maaf, bukanya saya menolak uang kiriman Ibu dari Hongkong,” terang Nanik.

Mendengar kata ini, batin Suciati pun menjerit. Belasan tahun hidup terpisah dari putri yang dicintainya, Nanik justru tumbuh dalam asuhan kemandirian hidup yang tinggi. [yog/kun]

1 KOMENTAR

  1. hiks.. hiks… meskipun saya juga yatim, tapi ternyata ada juga yg kondisinya jauh lebih parah..
    apapun kondisi kita, memang harus tetap disyukuri…

Tinggalkan Balasan ke A'A Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini